Norma-norma
yang mendukung manusi dalam perilaku yang baik dan benar, salah satunya adalah
sifat sabar. Hidup di dunia adalah ujian bagi semua umat manusia. Untuk
menghadapi ujian tersebut diperlukan akhlak-akhlak mulia. Banyak umat sekarang
ini yang kurang sabar dalam menghadapi cobaan yang diberikan Allah dalam
hidupnya, sehingga ia putus asa dalam menghadapinya. Kurangnya rasa sabar yang
dimiliki terkadang membuat kita mudah putus asa.
Secara
etimologi, sabar (ash-shabar) berarti menahan dan mengekang (al-habs waal-kuf).
Secara terminologi sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak
disukai karena mengharap rido Allah. Yang tidak disukai itu tadak selamanya
terdiri dari hal-hal yang tidak disenangi seperti musibah kematian, kelaparan
dan sebagainya, tapi juga bisa berupa hal-hal yang disenangi.
Sabar
dalam hal ini berarti menahan dan mengekang diri dari hawa nafsu. Dalam
esiklopedia Islam dijelaskan bahwa yang dimaksud sabar ialah Menahan diri dalam
menangguang suatu penderitaan, baik dalam menemuak sesuatu yang tidak
diinginkan ataupun dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disenangi.
Imam
al-Ghazali mengatakan bahwa sabar adalah suatu kondisi mental dalam
mengendalikan nafsu yang tumbuhnya atas dorongan ajaran Islam. Denan kata lain
saber ialah tegaknya dorongan agama berhadapan dengan dorongan hawa nafsu.
Dorongan agama ialah hidayah Allah kepada manusia untuk mengenal Allah, rosul
serta mengmalkan ajaran-nya. Sedangkan doronga hawa nafsu ialah tuntutan
syahwat dan keinginan-keinginan rendah yang minta dilaksanakan. Barang siapa
yang tegak bertahan sehingga dapat menundukkan dorongan hawa
nafsu secara terus menerus maka orang tersebut termasuk golonag orang yang
besar.
Menginjak
dari pengertian sabar menurut al-Ghazali di atas, maka upaya manusia untuk
bersabar dapat digolongkan dalam tiga tingkatan, yaitu :
- Orang yang sanggup mengalahkan hawa nafsunya, karena mempunyai daya juang dan kesabaran yang tinggi.
- Orang yang kalah oleh hawa nafsunya.
- Orang yang mempunyai daya tahan terhadap dorongan nafsu, tetapi suatu ketika ia kalah, karena besarnya dorongan nafsu. Meskipun demikian, ia bangun lagi dan terus tetap bertahan dengan sabar atas dorongan nafsu tersebut.
Menurut Yusuf
Al-Qardhawi dalam bukunya Ash-Shabr fil Qur’an, sabar dapat dibagi menjadi enam
macam :
1.
Sabar menerima cobaan hidup.
Cobaan hidup baik fisik maupun non fisik, akan menimpa semua orang baik berupa
sabar, haus, sakit, rasa takut, kehilangan orang-orang yang dicintai,kerugian
harta benda dan lain sebagainya. Cobaan seperti itu bersifat alami, manusiawi.
Oleh sebab itu tidak ada seorang pun yang dapat menghindar. Yang diperlukan
adalah menerimanya dengan penuh kesabaran, seraya memulangkan segala sesuatunya
kepada Allah SWT.
2.
Sabar dari keinginan hawa nafsu.
Hawa nafsu menginginkan segala macam keinginan hidup, kesenangan dan kemegahan
dunia. Untuk mengendalikan segala keinginan itu dibutuhkan kesabaran. Jangan
sampai semua kesenangan hidup dunia itu membuat orang lupa diri apa lagi lupa
Tuhan.
3.
Sabr dalam taat kepada Allah SWT.
Dalam menaati printah Allah, terutama dalam beribadah kepada-nya diperlukan
kesabaran.
4.
Sabar dalam berdakwah. Jaln dakwah
adalah jaln panjang berliku-liku yang penuh dengan segala onak dan duri.
Seseorang yang melalui jalan ini harus memiliki kesabaran.
5.
Sabar dalam perang. Dalam
peperangan sangat diperlukan kesabaran, apalagi menghadapi musuh yang lebih
banyak atau lebih kuat. Dalam keadaan terdesak sekali pun, seorang prajurit
Islam tidak boleh meninggalkaan perang, kecuali seebagai dari siasat perang.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an :
15.
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang
kafir yang sedang menyerangmu, Maka janganlah kamu membelakangi mereka
(mundur).
16.
Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok
untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain,
Maka Sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan
tempatnya ialah neraka Jahannam. dan Amat buruklah tempat kembalinya.
6.
Sabar dalam pergaulan. Dalam
pergaulan sesama manusia baik antara suami istri, antara orang tua dengan anak,
antara tetangga dengan tetangga, antara guru dan murid, atau dalam masyarakat
yang lebih luas, akan ditemui hal-hal yang tidak menyenangkan atau menyinggung
perasaan. Oleh sebab itu dalam pergaulan sehari-hari dibutuhkan kesabaran
sehingga tidak cepat marah, atau memutuskan hubungan apabila menemui hal-hal
yang tidak disukai.
Apapun imbalan bagi orang yang sabar adalah sebagai berikut
:
1)
Dapat berdampingan dengan Allah
2)
Memperoleh berita yang
menyanangkan
3)
Bertemu dengan Allah dalam keadaan
tidak berdoa
4)
Di beri pahala yang berlipat
5)
Terbebaskan dari siksa api neraka
6)
Di cintai oleh Allah
Sifat sabar dalam
Islam menempati posisi yang istimewa. Al-Qur’an mengaitkan sifat sabr dengan
bermacam-macam sifat mulia lainnya. Antara lain di kaitkan dengan keyakinan,
syukur, tawakal dan taqwa. Mengaitkan satu sifat dengan banyak sifat mulia
lainnya menunjukkan betapa istimewanya sifat itu. Karena sabar merupakan sifat
mulia yang istimewa, tentu dengan sendirinya orang-orang yang sabr juga
menempati posisi yang istimewa. Sifat sabar memang sangat dibutuhkan sekali
untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat. Seorang mahasiswa tidak akan
berhasil mencapai gelar kesarjanaan tanpa sifat sabar dalam belajar. Seorang
peneliti tidak akan dapat menemukan penemuan-penemuan ilmian tanpa sifat sabar
dalam penelitiannya.
0 Response to "SABAR DAN KEUTAMAANNYA"
Posting Komentar